Minggu, 10 Juli 2011

Ayang ayang gung

Sebuah lagu lama Cipt. H. Mohammad Moesa (1822-1886), Bercerita tentang pejabat/petualang politik yg menjilat atasannya demi kelancaran kepentingan/karir dia. Walaupun lagu ini diciptakan lebih dari seabad lalu, tapi isinya sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia sekarang, dimana banyak pejabat yg ABS dan penjilat demi kelancaran karir/kepentingannya.
Lagu ini diajarkan oleh Ibu saya ketika saya masih pra-SD. Dulu semasa kecil saya cuma tahu menyanyikannya, sekarang setelah dewasa kurang lebih sy bisa memaknainya. Ternyata Ibu saya mengajari agar kl saya jadi pejabat tidak seperti ki Mastanu yg diceritakan di lagu ini.
Makasih Mom atas nasehatnya.
Foto2 dalam lagu ini diambil di desa tempat saya dibesarkan, Desa Sirap, sebuah desa di kaki gunung bukit tunggul, Subang Jawa Barat, Indonesia.

Kamis, 27 Januari 2011

Ruangan dalam Ka'bah

Ruangan Ka'bah jaman dulu


















Ruangan Ka'bah jaman sekarang














Felemnya



















Apa sih isi dalam Ka’bah?

Ketua Islamic Society of North America (ISNA = Masyarakat Islam Amerika Utara) punya kesempatan masuk ke dalam Ka’bah di tahun 1998. Inilah keterangannya:

▪ di dalamnya terdapat tiga pilar.

▪ ada meja untuk meletakkan parfum.

▪ terdapat dua lampu lentera yang digantungkan dari langit-langit.

▪ ruangan cukup untuk menampung 50 orang.

▪ tidak ada lampu listrik di bagian dalam.

▪ tembok dan lantai terbuat dari marmer.

▪ tidak ada jendela di bagian dalam.

▪ hanya ada satu pintu.

▪ bagian atas tembok-tembok di bagian dalam ditutupi gorden.






























































































































































































































































Tambahan Sedikit Tentang Masjidil Haram, Mekkah


Gemerlap dan mencolok. Begitulah penggambaran New York Times tentang kota suci umat Islam, Mekkah. Harian itu menggambarkan Mekkah sebagai bentuk karya elegan peradaban modern yang ditandai dengan sundulan gedung-gedung pencakar langit dan menara jam Makkah yang sangat tinggi. Itu belum termasuk bangunan pusat perbelanjaan mewah ataupun hotel kelas wahid.

Menurut NY Times, penghancuran bangunan peninggalan Ottoman abad ke 18 memang sangat sebanding dengan bangunan terkini meski hal penghancuran itu seharusnya tidak dilakukan. "Ini merupakan bentuk komersialisasi rumah Allah, " papar Sami Angawi, arsitek Saudi yang tengah mengarap riset tentang isu haji.

"Bayangkan saja, bangunan yang berada dekat masjid berdiri apartemen mewah yang disewakan pada pihak swasta selama 25 tahun. Jadi, jika anda ingin melihat pemandangan masjidil Haram maka anda harus membayar tiga kali lipat," katanya seperti dikutip dari NY Times, pekan lalu.

Dalam tulisanya, NY Times juga mengkritik pemerintah Arab Saudi yang dinilai mengabaikan akomodasi pertumbuhan penduduk Mekkah dengan membuat bangunan-bangunan yang justru membuat sempit ruang gerak para calon jamaah haji. "Dari pandangan arsitek, dan pejabat pemerintah, motif dari pembangunan kota Mekkah adalah uang. Buah keinginan untuk mengeruk keuntungan dari kota yang sangat disucikan," kritik NY Times.

Surat kabar itu juga menambahkan ekploitasi secara berlebihan kota Makkah dapat mengancam keberadaan peninggalan Nabi Muhammad SAW. Mentalitas itu yang dinilai NY Times membagi kota suci Mekkah. "Sepanjang pengamatan dapat terlihat bangunan mewah dan ekslusif mengelilingi masjid suci dan membuat kaum miskin kian terpinggirkan," tulis NY TImes.

NY Time mengakui pembangunan kota Mekkah jauh melebih kota besar negara-negara barat seperti New York. Proyek-proyek pembangunan yang ada tidak pernah dibuat sebelumnya, sebuah karya orisinil dari ahlinya.

Tengok saja gaya arsitektur kota tenda karya Frei Otto yang dibuat tahun 1970-an. Bangunan-bangunan ini terdiri dari struktur ringan dapat dilipat. Karya Otto terinspirasi dari tradisi suku nomaden Badui. Bangunan ini dibuat untuk menampung jamaah haji tanpa merusak ekologi halus bukit yang mengelilingi kota tua. Karya itu bukanlah satu-satunya.

Karya luar biasa juga tercermin dalam pembangunan terminal haji di Skidmore, Owings & Merrill, Bandara Internasional King Abdul Aziz. Bangunan terminal begitu menyentuh tradisi lokal dan kearifan lingkungan tanpa menghilangkan sisi modernitasnya






















































Sumber: kaskus

Rabu, 26 Januari 2011